(mungkin) Pekerjaan terberat di dunia
Hard work, sumber : flickr.com
Kenikmatan bekerja bisa saja dipengaruhi oleh banyak faktor.
Beberapa diantaranya adalah jam kerja, skala tanggung jawab, rekan kerja,
lingkungan kerja sampai masalah honor. Agar pekerjaan bisa bertahan lama, faktor-faktor
tersebut harus dapat berdiri sejajar dan seimbang. Kalaupun ada faktor yang
lebih dominan, belum tentu faktor tersebut dapat menutupi kekurangan dari
faktor lainnya.
Dibalik beratnya macam-macam pekerjaan diluar sana, mungkin
ada 1 pekerjaan yang (mungkin) menjadi pekerjaan terberat. Dan pekerjaan itu
adalah menjadi orang tua. Ya, anda tidak salah. Menjadi orang tua adalah
pekerjaan terberat. Mengapa penulis bisa berpendapat demikian? Mari kita coba telaah
satu persatu berdasarkan faktor-faktor diatas:
Pertama, jam kerja. Mungkin anda berbangga hati dengan
memiliki jam kerja nyaman. 40 jam perminggu dan libur pada saat weekend maupun
hari besar. Atau mungkin anda mengeluh tentang betapa panjang jam kerja anda,
12 jam perhari mungkin? Tapi, pernahkah terfikir bahwa orang tua tidak pernah
punya jam kerja pasti. Ada kalanya kita akan berurusan dengan buah hati 12-14
jam perhari, ada kalanya juga hanya 3-4 jam. Itu semua tergantung situasi. Yang
jelas, sesadis-sadisnya tuntutan bos anda yang menuntut anda untuk lembur, pasti
akan kalah dengan tuntutan si kecil. Si kecil tidak akan mau tahu anda lagi
apa, lagi ngapain, lagi kenapa. Yang jelas, ketika dia menangis, sebagai orang
tua harus selalu siap siaga!! 24 jam sehari, 7 hari seminggu, tanpa libur
(kecuali kalau punya pengasuh).
2. Skala tanggung jawab
Scale, sumber : flickr.com
Seberapa besar sih skala tanggung jawab yang anda pikul di kantor? Anda staf? Supervisor? Atau manager? Anda merasa bertanggung jawab atas hidup anak buah anda? Coba anda bandingkan dengan seberapa besar tanggung jawab yang anda emban ketika menjadi orang tua.
Kalau karyawan anda berprestasi, anda mungkin bisa ikut
merasa bangga. Sebaliknya ketika ia bermasalah, bisa saja kita memutuskan
hubungan atau enggan bertanggung jawab atas itu. Tapi, anda tidak bisa
menerapkan hal yang sama kepada anak. Keberhasilan maupun kegagalan anak, semua
adalah tanggung jawab orang tua. Gak mungkin kan kita bisa memutuskan ikatan
orang tua dan anak hanya karena anak kita terjatuh dalam masalah. Ikatan itu
ada seumur hidup, selamanya. Jadi, sudah terbayang dong konsekuensi yang harus
kita tanggung kelak ketika pola yang kita terapkan ternyata keliru.
3. Rekan kerja
Partner, sumber : flickr.com
Rekan kerja adalah salah satu faktor yang menciptakan atmosfir kerja. Tidak jarang kita memutuskan resign karena rekan kerja yang tidak sealiran. Sebagai orang tua, siapakah rekan kerja kita? jelas si kecil. Coba bayangkan, ketika rekan kerja bisa diajak komunikasi kesalahpahaman masih sangat mungkin terjadi. Apalagi kalau rekan kerja anda adalah si kecil, yang notabene punya bahasa sendiri, yang tentunya tidak kita mengerti, yang pastinya bakal protes dan menangis ketika keinginannya tidak terpenuhi. Dan parahnya lagi, kita tidak mungkin resign dari pekerjaan yang satu ini.
Bagi karyawan kantoran, bisa bekerja dari rumah adalah suatu
kenikmatan besar. Yang mungkin tidak terfikir oleh anda adalah bahwa bekerja di
rumah akan selalu berhadapan dengan 2 hal pasti. Kedua hal tersebut adalah
dunia yang cenderung monoton dan rutinitas yang berulang. Dengan kata lain, baik
di kantor ataupun di rumah, tidak ada perbedaan suasana yang berarti. Mirip-mirip
suasana kantor lah. Nah, yang biasanya menjadi dilemma adalah begini, ketika
kita bekerja kantoran dan merasa jenuh, kita bisa pulang ke rumah untuk melepas
penat dari rutinitas kantor. Tetapi jika kita berkantor di rumah, masa ia mau
ke kantor untuk melepas penat? Kantornya siapa atuh?
Honor menjadi salah satu faktor yang menjadi pertimbangan
utama. Tetapi sayangnya hal ini tidak berlaku bagi pekerjaan yang sedang kita
bahas saat ini (baca: orang tua). Bukannya punya pemasukan, yang ada bahwa setiap
bulan harus mengeluarkan uang. Untuk popok, susu formula, gaji si mba, pijat
bayi, baju baru, dan tetek bengek yang bisa dikatakan ga ada habisnya.
Buat yang buru-buru kepengin nikah dan cepet-cepet punya
momongan, ada baiknya dipersiapkan terlebih dahulu. Karena konsekuensi untuk
pekerjaan ini adalah seumur hidup.
Pekerjaan yang satu ini juga tidak seperti permainan yang ada tombol pause nya,
jadi ga kenal istilah time out.
jadi gimana, setelah membaca artikel ini, merasa sudah siap
mendaftar untuk pekerjaan ini?
No comments:
Post a Comment